Sore ini, masih sama seperti 15 tahun yang lalu. Pantai ini, ombak, dan camar-camar itu.

   Saban sore Aku dan Nina tidak pernah absen untuk bermain di pantai ini. Meski hanya sekedar membuat guratan-guratan kecil, nama ku dan Nina. Mengejar camar, berkejaran dengan ombak, menatap senja. Hingga sesuatu terjadi pada Nina.
   Kaki Nina tersandung kayu yang ada di pantai ini, kepalanya membentur karang, hingga cairan merah mengucur deras dari pelipisnya. Kala itu, Nina menangis sangat keras,  hingga ibundanya datang menjemputnya pulang. Tanpa berkata apapun, Nina di seretnya pulang.
   Rumah kami memang tak jauh dari pantai ini. Rumahku dan Nina hanya berbatas pagar besi yang di cat berwarna hitam.
@
   Malam itu, aku mendengar semua yang ibunda Nina katakan. Tak terasa air mataku jatuh.
   "Nina.. sudah berapa kali ibunda bilang, tidak usah berteman dengan anak itu.... !!". Aku takut, kenapa aku? apa aku salah? apa aku adalah teman yang jahat?
   "Tuhan.. maafkan aku.....". bisik ku dalam tangis.
omelan ibunda Nina mengusik tidurku. hingga tak lama, akupun tertidur.
   @
   Pagi itu, aku berharap semuanya menjadi lebih baik. Seperti biasa, Ku kayuh sepeda mungilku perlahan hingga sampai di depan rumah Nina.
   "Nina....! Ayo kita berangkat! sambil tersenyum lebar kala itu. sepi. tak ada sahutan dari dalam rumah Nina. Hnya terdengar suara gaduh dari dalam rumahnya. oh, mungkin Nina masih merasa sakit karena kejadian kemarin. Akupun, kembali mengayuh sepeda mungilku, perlahan..
   "Hei.........!! Luna tunggu aku..!!".
terdengar seseorang berteriak dibelakang ku. ternyata Nina. Ia menghampiriku. menyodorkan sesuatu.
   "ini, dijaga baik-baik yah. aku dan bunda mau pergi, dadahh..".
sembari berlari memunggungiku. apa maksud Nina? ah, mungkin ia ingin jalan-jalan.
@
   Sore itu, tak ada Nina. hanya ada aku, dan boneka dolphin kecil pemberian Nina. aku rindu Nina, aku ingin bermain bersama Nina lagi. tapi Nina pergi. Hingga satu minggu berlalu, satu bulan, satu tahun, hingga bertahun-tahun. Nina tak pulang. Nina tidak ada. Dan rumahnya pun selalu sepi.
   Dulu, kami pernah bercita-cita ingin menjadi orang yang paling kaya, dan menjadi dokter. Tapi, sekarang hanya khayal. Nina tak ada. mungkin, dia sudah lebih dulu mendapatkan gelar dokter itu.
@
   Sore ini, sama seperti 15 tahun yang lalu. Aku, dan sahabat kecilku Nina. kenangan indah, yang sulit sekali aku melupakannya. bvoneka ini, pantai ini, camar itu. Hmmm... mungkin, suatu saat Tuhan akan mempertemukan ku dengan Nina.

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.